JIKA AKU MENJADI…(ANAK KOS)

6:20:00 AM

Nasib anak kos. Lagu P-Project ini sudah menjadi lagu kebangsaan gue. Mungkin sudah menjadi takdir gue jadi anak kos. Seribu kisah menginspirasi untuk belajar mandiri. Tidak bergantung dari orang tua. Tidak bergantung dari kekasih hati. Apalagi ngandalin calon mertua…

Selama sekolah maupun kuliah, gue ga pernah ngerasain jadi anak kos. Yang ada juga naksir anak bos. Makanya perubahan iklim kehidupan ini agak bikin gue shock. Apalagi nge-kos di Jakarta. Jadi wong cilik di kota metropolitan. Untungnya, dulu banyak belajar dari mantan-mantan gue yang kebanyakan juga anak kos (preeettt…mantan majikan..??hehehe…)
Anak perantauan. Anak kos. Siapa suruh datang ke kota…??
Perubahan yang paling terasa tentu saja tempat tinggal. Yang tadinya bisa jalan kesana kemari, naik turun tangga, ngglinding sana nggelinding sini, ataupun kejar-kejaran ama tikus yang masuk rumah. Maksudnya, kalo dia ngumpet kita yang ngejar, kalo dia lari mendekat jadi kita yang dikejar…Eh, tapi gue ga takut ama tikus lho, cuma geli aja ama bulu-bulu itemnya yang bau …(baca: sama aja boong…!!).
Sekarang, gue cuma tinggal di kamar 2 x 3 tipe 3 S (Selonjor Saja Susah). Istilah ‘rumahku istanaku’ berubah menjadi ‘kamarku istanaku’. Kos-kosan dengan kamar yang banyak mirip kandang burung. Kamarnya cukup nyaman dan dengan fasilitas yang serba wah! (wah…!!cuma ini aja..??). Kamar mandi memang dalam, tapi kamar tidur di luar (pusing ga..??). Tempat tidur berukuran single, cocok untuk gue yang statusnya juga single. Lemari dua pintu dan meja kerja melengkapi perabotan kamar gue.
Pintu kamar gue otomatis. Untuk membukanya, kita cukup memasukkan satu benda kecil ke dalam lubang kecil yang ada di pintu. Benda kecil tersebut biasa disebut kunci. Cukup putar kunci itu ke kiri, lalu putar kenopnya ke kiri juga. Dorong sedikit….dan..Tadaaaaa…terbuka deh pintunya…!! (haha…semua orang juga tau cara buka pintu…!!)
Satu-satunya angin yang ada adalah angin ventilasi. Ga ada jendela yang mengarah ke udara bebas. Pemandangan depan kamar gue adalah lorong. Jendela yang ada hanyalah kaca nako yang udah karatan dan ga bisa dibuka. Oh ya, ada angin satu lagi: angin kentut… Tapi itu ga terhitung. kan?
Untuk urusan makan, untungnya perut gue ga kenal kompromi alias mudah beradaptasi dengan lingkungan. Jadi ga ada masalah…yang penting sesuai budget. Kualitas makanan berbanding lurus dengan isi dompet dan tanggal gajian.
Menjadi anak kosan, berarti secara tidak langsung dipaksa akrab dengan hewan-hewan di sekitar kita. Contohnya, mau jogging malah dikejar anjing kampung; ngejar kucing karena ngerampok menu makan siang gue; berteriak-teriak sendiri dalam kamar mandi yang ternyata juga jadi tempat tinggal kecoa-kecoa berukuran jumbo; atau pas lagi asik-asiknya ngimpi cinta satu malam bareng Laura Basuki tiba-tiba dibangunin tikus curut yang menggelitiki jempol kaki…yaikkksss...!!
Yang seru adalah temen-temen kos. Kalo dulu pas jadi anak rumahan, mainnya kudu jalan agak jauh, sekarang tinggal ngetuk pintu kamar. Mo temen macam apa juga tersedia di sini! Yang gaul, yang polos, yang galak, yang pendiem, yang penuh dosa, yang cakep ataupun yang wekkk-juhhh…! Semua ada di sini. Kosan di Jakarta kebanyakan adalah campur cowok cewek. Maka jangan heran kalo selalu ada pertengkaran rumah tangga gara-gara masalah sepele. Apalagi antara satu kamar dan kamar yang lain berdempetan dan hanya dipisahkan sdinding yang tipis. Sepatu yang tak dirapikan bisa salah satu penyebabnya. Nyetel campur sari terlalu kenceng bisa dapet omelan dari anak kosa lainnya juga. Ataupun rebutan celana kolor. Kalo masalah ini, sengketa perbatasan dan kepemilikan pulau antara Malay dan Indo pun bisa kalah seru! Kita jadi bisa mengenal banyak watak, budaya, dan berbagi pengalaman hidup yang semanis madu atau sepahit jamu brotowali.
Iseng dengan temen kos seperti menyembunyikan sepatu kerja, menyelipkan film biru, ataupun mengagumi kemolekan tubuh para bidadari yang usai mandi pagi sudah menjadi hobi baru untuk menghilangkan kepenatan. Intinya, harus bisa mencari variasi hidup. Jangan sampai seharian cuma diam bersemedi di dalam kamar yang sempit. Dijamin bisa mati kebosanan!
Yahhh…ini sudah menjadi bagian hidup gue. Mau gimana lagi? Beli rumah di Jakarta juga harganya selangit. Kalo pun dapet, pasti letaknya jauh dari kota dan tiap hari harus menerobos kemacetan ibukota yang super duper parahnya. Harus gue terima dengan ikhlas dan penuh rasa syukur. Hidup harus dinikmati dan diambil hikmahnya. Life is wonderful, make it meaningful…
Hufffttt….Moga aja suatu hari ada gadis manis anak orang kaya yang seiman lagi khilaf dan mau jadi pasangan hidup gue…














You Might Also Like

1 comments

  1. Boleh Gak saya rebloging artikel ini ke https://kosgue.wordpress.com?

    ReplyDelete