JALAN BERDUA SERIES: Pacitan, Long Road to Paradise!

4:02:00 AM

Kalau bicara Pacitan sekarang ini, pasti identik dengan Pak SBY, presiden RI kita yang memang berasal dari sana. Dahulu, taka da yang mengenal adanya wisata di kabupaten yang terletak di bagian selatan Jawa Timur ini. Namun, seiring diperbaikinya akses dan fasilitas di kota ini, orang mulai mengenal Pacitan sebagai idola pariwisata yang baru. Walau sebagian besar wilayah Pacitan masih berupa hutan dan batuan karst, namun ternyata Pacitan memiliki sejumlah Pantai yang luar biasa eloknya. Dengan menempuh 3-4 jam perjalanan dari kota Solo, kota terdekat yang memiliki fasilitas bandara, kita bisa menemukan patai-pantai tersembunyi di Pacitan.

Pantai-pantai di pacitan memiliki keindahan yang mirip dengan pantai-pantai yang kita jumpai di Gunung Kidul. Namun bedanya, akses menuju ke pantai ini tak sepenuhnya sudah diperbaiki. Banyak jalanan yang masih sempit dan rusak. Selain wisata pantai, Pacitan memiliki wisata Goa yang tak kalah menakjubkan, yaitu Goa Gong dan Goa Tabuhan. Namun sayang, waktu tak mengijinkan kami untuk mampir ke sana…

DAY 1

Pantai Teleng Ria

Kami mengawali perjalanan kami di pantai yang paling timur di Pacitan. Pantai berpasir hitam ini sangat ramai dikunjungi warga Pacitan, karena selain ombaknya yang cukup aman, pantai ini merupakan pantai yang sangat luas. Berbagai macam warung yang menyediakan seafood dan toko suvenir pun terdapat di area wisata. Fasilitas dan akses menuju pantai ini sudah cukup baik. Bahkan, perbaikan jalan dilakukan terus-menerus untuk membuka potensi wisata pantai yang satu ini. Cukup nyaman untuk bersantai di sore yang sejuk ini.

Untuk penginapan, terdapat beberapa hotel sederhana yang cukup nyaman. Salah satunya yang tempat kami menginap, Graha Prima Hotel, yang hanya 5 menit dari Pantai Teleng Ria.


DAY 2

Pantai Srau

Setelah satu jam perjalanan dari Teleng Ria, akhirnya saya dan istri menapakkan kaki ke Pasir putih Pantai Srau. Pantai yang belum begitu ramai dikunjungi ini masih bersih dan menawan. Dan pasir putih yang selalu menjadi favorit kami ini memang sangat indah berpadu dengan birunya laut. This is paradise..!!

Ombak di pantai ini kata penduduk setempat memang menjadi idola para surfer internasional. Tak heran sering banyak bule yang mengunjungi pantai-pantai di Pacitan. Di pinggir pantai, banyak penjual yang menjual suvenir berupa batu-batu akik dan sejenisnya. Yup, Pacitan memang terkenal dengan kerajinan batu-batuannya. Harganya pun relatif lebih murah.

Sayangnya, waktu ke sana kemaren pantai ini sedang diserbu ubur-ubur biru yang berbahaya, sehingga saya mengurungkan niat untuk berenang. Tapi it’s OK lah, pemandangan Pantai Srau sudah menjadi favorit tersenderi bagi kami…



Pantai Srau
ubur-ubur biru dan batu hias karya pacitan

sisi hijau pantai Srau
Nyiur melambai di Pantai Srau
 Pantai Watukarung

Untuk menuju pantai ini, jalanan memang agak menantang. Jalan yang hanya muat satu mobil, kanan kiri jurang, dan terkadang banyak aspal yang sudah mulai lepas menjadi kendala pariwisata. Namun dengan akses yang sudah ini pula, pantai ini benar-benar masih terjaga. Pantai watukarung pertama yang kami kunjungi merupakan desa nelayan, di mana banyak perahu-perahu nelayan. Pasir pantai masih berupa butiran-butiran kecil seperti kerikil. Ombaknya cukup tenang karena berupa teluk. Di dekat pantai ada tempat pelelangan ikan. Dan sudah tak tampak ubur-ubur. Tapi kenapa tidak ada wisatawan selain kami? Ow-oww... ternyata pantai ini adalah pantai nelayan, pantai wisata pasirputih Watukarung ternyata ada di sisi sebelahnya, kira-kira 2 km dari sana.

Walau jalan masuk pantai tidak begitu terlihat, tapi orang yang lewat akan langsung tahu karena ada petugas yang jual tiket masuk. Di desa ini sudah terdapat banyak homestay. Hmmm… makin penasaran. Sepertinya fasilitas di sini lebih bagus daripada Pantai Srau. Dan benar saja, ketika melihat pantainya… mulut kami pun langsung ternganga dibuatnya. Pantai yang membentuk setengah lingkaran yang amat besar, pasir putih yang masihsangat bersih dan belum terimbas sampah-sampah, gradasi biru laut yang sangat indah… Yes, I believe this is the best beach in Pacitan!!

Matahari terlihat tepat di atas kepala. Sudah jam 12 siang rupanya. Karena tanpa persiapan, kami juga tidak membawa sunblock. Namun ombak Pantai Watukarung seraya mengajak kami untuk bermain. Arrgggghh… sumpah, I’m out of control! Ngga tahan melihat birunya laut!


Byuuurrrr… !! Gue terus berenang melawan ombak, tanpa nanya istri masih ada baju cadangan atau ngga… hahahaha…Gosong biarlah gosong, toh gue memang udah item…


Pantai Watukarung (view menara mercusuar)
arggghhhh... tak tahan untuk bermain air!!

Pantai Klayar

Jujur, walau pantai ini bukan yang pertama saya kunjungi di Pacitan (semasa kecul dulu pernah diajak bokap ke Teleng ria), namun Pantai Klayar selalu menjadi memori bagi saya dan istri. Tiap pagi sampai malam kami selalu bertemu dengan pemandangan pantai ini. Walau hanya berupa foto. Yup, pantai inilah yang menjadi lokasi foto pre-wedding kami! Hahahaha…

Setahun sudah kami tak ke Pantai ini, tampaknya pantai ini kini telah berbenah. Banyak warung makan berdiri di sekitarnya. Fasilitas toilet pun makin banyak. Bahkan sudah ada homestay. Alhasil, pengunjung pantai ini kini semakin banyak.

Pantai yang disebut-sebut mirip dengan pantai di daerah Mediterania ini memang sangat Indah, walau cukup berbahaya. Dari cerita para pemandu, sudah ada beberapa korban yang tenggelam karena keganasan ombak pantai ini. Maka memang dilarang keras berenang di pantai ini. Pantai dengan batuan karst yang sangat khas ini memiliki pemandangan yang luar biasa. Dari batuan yang mirip dengan Sphynx di Mesir, seruling samudera yang merupakan semburan air yang keluar dari celah batu karang, dan ombaknya yang sangat menakjubkan menjadi andalan Pantai Klayar. Jika dilihat lagi, sebenarnya pantai inilah yang paling dekat dengan kota Solo. Dan jalan menuju ke kota Solo pun tanpa dag-dig-dug lagi…






Pantai Klayar dengan batu Sphynx nya

You Might Also Like

0 comments