GREAT ESCAPE TO MAKASSAR
4:39:00 AM
“If you think you are too small to make a difference, try to sleep with mosquito.” (Dalai Lama)
Not even a mosquito. Dan quote itu ngga ada hubungannya dengan perjalanan ini. Karena alhamdulillah, perjalanan kali ini versi koper. Bukan backpacker. Jadi ngga bakal ada cerita diserbu nyamuk ataupun babi hutan. Alhamdulillah juga, banyak chip in dari bos-bos kelas kakap yang mewujudkan “dolan bareng” kali ini berlangsung nyaman J
Great Escape To Makassar
Itulah tema kali ini. Yup, mungkin ini perjalanan terjauh dengan team
kantor. Entah karena sudah terlalu jenuh atau apa, panitia langsung sepakat
begitu ada gagasan ke Makassar dan hanya memiliki waktu dua minggu untuk
persiapan. Keren!
Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno Hatta dengan sedikit drama karena
adanya macet di tol Bandara. Tapi Alhamdulillah, terimakasih pada penumpang
lain yang mengijinkan saya melompati antrian kalian sehingga bisa mengejar
penerbangan pagi ini. Panitia kok telat… (lakon menang keri)
Batik Air pun terbang menembus fajar yang tengah menyingsing…
Kami tiba di Makassar siang hari. Makassar langsung menunjukkan hawa panas khas pesisir. Untung ada awan tebal yang menggelantung di langit. Tapi tetap saja panaasss... Apalagi setelah makan Coto Dili Maros yang memang panas. Panas masakannya, pun ruang makannya. Tapi cukup terkenal di Maros ini. Dan memang rasanya mak nyos…
Di tengah perjalanan tak lupa kami mencicipi roti Maros yang legendaris.
Kami tiba di Makassar siang hari. Makassar langsung menunjukkan hawa panas khas pesisir. Untung ada awan tebal yang menggelantung di langit. Tapi tetap saja panaasss... Apalagi setelah makan Coto Dili Maros yang memang panas. Panas masakannya, pun ruang makannya. Tapi cukup terkenal di Maros ini. Dan memang rasanya mak nyos…
Di tengah perjalanan tak lupa kami mencicipi roti Maros yang legendaris.
Rammang-Rammang
Rammang-rammang berarti remang-remang. Ternyata bukan kiasan. Dan tak ada
arti lain dalam bahasa bugis. Konon, tempat ini sangat indah di waktu pagi
karena kabut yang sering menghampiri lembah ini. Jadilah cahaya remang-remang
yang disertai kunang-kunang yang selalu terbayang-bayang dalam ingatan sang
petualang. Joss!
Jarak dari airport ke Rammang-rammang yang hanya berjarak sekitar 45 km ini
ditempuh sekitar 1,5 jam. Karena macet di simpang lima dekat tol bandara. Jauh-jauh
dari Jakarta masih kena macet juga. Ironis? Ada yang membuat tambah ironis. Rammang-rammang ini dikelilingi pabrik semen
yang siap menghabiskan bukit-bukit kapur yang menjadi daya tarik utama wisata
ini. Padahal, Taman Hutan Batu Kapur Rammang-Rammang ini hanya satu di Indonesia
dan terbesar /terluas ketiga di dunia, setelah yang pertama adalah Taman Hutan
Batu Tsingy di Madagaskar dan yang kedua adalah Taman Hutan Batu Shilin yang
ada di Cina. Semoga tetap terjaga kelestariannya..
Dari parkiran mobil kami langsung menemui Pak Haris (081241029609) yang
telah menunggu di dermaga samping parkiran. Di sini juga disewakan topi dari
anyaman bambu jika diperlukan. Dan jika anda butuh makanan untuk rombongan, di
tepi sungai ini ada cafe milik Pak Udin (081222609779) yang siap melayani anda.
Tapi sayang, kami tak sempat mampir karena keterbatasan waktu. Di ujung sungai
kami berhenti untuk menikmati wilayah lembah persawahan yang dikelilingi
perbukitan kapur. Kami sempatkan sholat di musholla yang terdapat di
lembah itu. Subhanallah,.. cuaca panas seketika jadi adem… karena air wudhu..
hehe…
Rammang-rammang profile |
Menembus belantara Rammang-rammang |
Anak sholeh mau ke Musholla |
Naik perahu pulang |
menembus beberapa goa di atas sungai |
Rotterdam
Perjalanan kami lanjutkan ke Rotterdam Fort. Panasnya Makassar makin terasa
di sini karena kehadiran kafe-kafe di Jalan Penghibur. Nama jalan yang memang
sesuai dengan kondisi kawasan ini. Dibanding menjelajah Rotterdam, ada beberapa
rekan yang malah lebih tertarik cari info Sanrego, obat kuat yang terkenal di kawasan
ini. Hahaha…
Rotterdam fort |
Di dalam area Rotterdam fort |
Kamar pengasingan Pangeran Diponegoro |
RM. Ratu Gurih
Mala mini kami habiskan waktu dengan makan malam di RM Ratu Gurih. Masakannya
enak. Sebanding dengan harganya. Mahal! Backpacker jangan ke sini dahh…budget
makan seminggu bisa langsuing abis…
Setelah makan malam, kami
jalan-jalan di sekitar Losari untuk menikmati kemeriahan malam Makassar. Sekaligus
menetralkan kolesterol yang terlalu saying untuk dilewatkan.
Tanjung Bira
Crabbbb...!!! |
Mejeng at Losari beach |
Pagi jam 6 kami berangkat ke Tanjung Bira. Bukan karena ngga betah di
hotel. Tapi sekali lagi karena keterbatasan waktu. Dan waktu tempuh Makassar-Tanjung
Bira itu 5 jam! Lumayan pegel dah.. untung jalanan sudah bagus dan rapi. Dan
mobil rental yang baru itu cukup membuat nyaman. Hidup panitia! J
Akomodasi kami siapkan yang terbaik. Makan siang di Panda beach hotel
dengan meja makan ala kapal phinisi nya yang lumayan unik. Makanannya pun
lumayan enak. Ayam rica-rica, ikan bakar, udang goring dan sayur. Yang bikin
enak, harganya lumayan murah! Perahu snorkelling dan peralatannya kami serahkan
juga ke pengelola Panda Beach ini (085 397 687 004)
Senyum kelaparan rekan-rekan di Panda beach hotel Resto sebelum makanan tiba |
Sikaattttt...!! |
Itu laut bikin ngiler pengen nyemplung... |
Foto bukti : pernah ke Tanjung Bira |
Penginapan di Amatoa Resort. Resort
terbaik di Tanjung Bira, walau sedikit overpriced, Tapi sebanding dengan
ambience yang ditawarkan. Lokasi di pinggir tebing, dengan view gradasi laut
warna hijau tosca khas Tanjung Bira, menu sarapan yang enak (bahkan menurut
saya yang paling enak di Bira), dan disain kamar yang berbeda-beda dan unik.
Amatoa resort view |
Naik perahu dari tebing amatoa resort |
Infinity pool Amatoa resort |
Sing lagi nglarass... |
Untuk makan malam, kami pilih
sesuai rekomendasi tripadisor.com, yaitu Salassa guest house yang katanya punya
masakan paling enak di Bira. Nyatanya memang enak. Tapi menu mirip-mirip dengan
makan siang di Panda beach hotel. Menurut lidah saya, yang paling enak di
Tanjung bira ini adalah masakan rica-ricanya. Entah itu ayam ataupun ikan. Sedap!
Ketika malam tiba, alangkah takjubnya kami akan pemandangan langit malam Tanjung Bira. Ternyata ribuan dan jutaan bintang di atas langit terlihat jelas sekali. Kami seperti berada di dalam planetarium!
Ketika malam tiba, alangkah takjubnya kami akan pemandangan langit malam Tanjung Bira. Ternyata ribuan dan jutaan bintang di atas langit terlihat jelas sekali. Kami seperti berada di dalam planetarium!
Snorkeling |
Di palung itu ada hiunya... katanya... |
Pulau Kambing (konon memang ada kambingnya) |
Dinner at Salassa guest house |
Light up the lampion! |
Pantai Bara
Pantai bara terletak tak jauh
dari Amatoa, sekitar 7 km dengan kondisi
jalan yang bergelombang alias agak rusak. Sunrise memang tak tampak di pantai
ini, tapi angin pagi, debur ombak, dan jernihnya air laut yang berwarna tosca
membuat nyaman orang yang berkunjung ke sana. Dibandingkan Pantai pasir putih
Tanjung Bira yang sudah ramai seperti cendol.
Jika dilihat secara keseluruhan
Tanjung Bira memang memiliki kelebihan di pasir putihnya dan gradasi warna
lautnya yang menawan. Untuk underwater snorkelingnya sudah kurang terawat
karena banyak terumbu karang yang hancur, ikannya juga tidak terlalu banyak. Mungkin
jika diving baru kelihatan bagusnya, karena di Pulau Kambing terlihat palung
yang lumayan dalam untuk diving. Konon,
di kedalaman 20 meter kadang bisa bertemu hiu dan ikan-ikan besar lainnya.
cendol di Pantai pasir putih tanjung Bira |
Ombak di Pantai Bara... bening, bro! |
Sunrise di Bara beach |
Coto Kuda
Sepulang dari Tanjung Bira ke
Makassar, kami sempatkan kulineran di Coto kuda Turatea Belokallong. Daging
kuda memang jarang dikonsumsi di Jawa, namun di daerah Janeponte ini Kuda memang
dikembangbiakkan untuk dikonsumsi. Jadi jangan heran jika di sepanjang jalan
Makassar-Bira banyak anda lihat kuda-kuda yang sedang makan rumput di area
persawahan.
Coto Kuda |
Coto Kuda Turatea |
Oleh-Oleh
Seperti orang Indonesia umumnya,
tak lengkap rasanya jika tak mampir ke toko oleh-oleh. Toko Cahaya di Makassar
tempat yang tepat untuk belanja oleh-oleh dan souvenir khas Makassar. Gorengan jelangkote (pastel), otak-otak,
lumpia juga tak lupa kami beli. Sebagai pelengkap kuliner di Makassar, kami
sempatkan mampir ke Konro Karebosi sebelum balik ke Airport Hasanuddin.
Sebagai penutup, as a quote:
“Never get so busy making a living that you forget to make a life.”
“Never get so busy making a living that you forget to make a life.”
EWAKO!!
0 comments