SAWARNA & CIMAJA BEACH

4:19:00 AM

Misi mengejar ombak selatan

Desember. Bulan terakhir di tahun ini. Gue kira perjalanan ke Kiluan kemaren adalah perjalanan terakhir BAT (BCI Adventure Team) untuk tahun ini. Ternyata belum. Dikomandoi oleh seorang member BAT yang kaya akan pengalaman berpetualang - sebut saja Mr. X….(nick name nya belum diresmikan…wkwkwk….), akhirnya setelah tung itung itung…budet telah disetujui oleh semua pihak yang telah mendaftar untuk ikut. Biaya 325ribu per pax…hoooo….creeennggg…!! Sebelas pemuda pemudi doyan petualang pun telah terkumpul. Akhirnya…berangkaaattttt…..!!
DAY 1 - Ngumpul di Tamara center, seperti biasa. Tumben anak-anak kali ini tepat waktu. Mobil ELF 15 dari rental 911 juga telah tiba dengan drivernya. Malah Pak komandan yang telat gara-gara lupa nge-print jadwal, budget dan peta (Huuuuu….). sekitar setengah sebelas malam kami berangkat ke arah jalan tol ke merak. Di rest area, mampir belanja snack dan minuman buat ngemil selama perjalanan. Waktu menunjukkan jam 1 pagi. Gue masih bisa tidur pules di mobil ELF yang kami tumpangi. Tapi begitu masuk ke arah Pandeglang-malimping…buset dah…baru beberapa mil dari Jakarta, jalanan rusak parah gini…sepanjang jalan kenangan ini sampe ke lokasi konturnya bergelombang sehingga membuat kami tidur sambil goyang dangdut. Bahkan beberapa rekan rela kejedot jendela mobil demi mendapatkan mimpi yang sempurna…wkwkwk….
DAY 2 – masuk ke desa Bayah jam 4 pagi, dan nyampe ke rumah pemilik Saung Clara (Bu Nindya- 0877 7209 5744) jam 5. Sempet buru-buru karena pengen ngejar sunrise, tapi ternyata sunrise berada di balik bukit. Jadi percuma kalo mo liat sunrise yang bagus dari pantai ini. Dari rumah pemilik penginapan, kami berjalan menyeberang jembatan gantung yang menjadi akses ke arah pantai. Sekitar 5 menit, kami tiba di penginapan yang dimaksud. Pondok bambu yang cukup nyaman dengan dua kamar tidur, satu ruang tengah, dua kamar mandi dalam dan satu kamar mandi luar yang terbuka. Ada saung tempat ngumpul yang nyaman di halamannya. Dari balkon kamar terlihat pemandangan belakang pondok yang cukup indah. Sawah menghampar luas nan hijau dan perbukitan yang dihiasi pohon-pohon kelapa. Hmmmm….menambah segarnya pagi ini…
Jembatan ke desa sawarna
saung clara
trekking sepanjang pantai
Tapi kami ga boleh ngaso dulu pagi ini, walo semalem ga bisa tidur gara-gara jalanan liar yang bergelombang. Sesuai rencana, jam 6 kami trekking menuju pantai Ciantir, yang berjarak sekitar 10 menit jalan kaki dari pondok kami. Pantai dengan ombak yang cukup tinggi dan ideal untuk surfing. Langit sangat cerah pagi ini. Sunblock lupa dibawa. Pertanda kulit mulus eike bakal tambah gosong. Di pantai inilah kami bertemu dengan guide professional kami, yaitu…3 ekor anjing! Anjing-anjing inimenyertai perjalanan kami dengan membimbing kami dari depan, kadang ada di blakang, kadang tiba-tiba ada di tengah barisan (yang kadang membuat beberapa peserta ketakutan pada awalnya, tapi ternyata mereka anjing yang baik qo)
Setelah puas melihat pemandangan dan main-main air di Ciantir, kami trekking ke arah Tanjung Layar yang terkenal di Sawarna. Sepuluh menit jalan dari Ciantir, (walo rombongan kami terpisah jadi dua sehingga ada beberapa yang nyasar gara-gara keasikan foto-foto) akhirnya kami nyampe juga…
Pantai Ciantir
Sarapan telah menunggu kami di Tanjung Layar. Sengaja kami pesan agar sarapan kami dikirim di sini. Sungguh sedap rasanya makan nasgor sambil memandang suasana pantai Tanjung Layar yang luar biasa indahnya. Suasana di sini mirip di james island-phuket. Malah lebih bagus karena masih sepi. Hanya kami pengunjung di sini pagi ini. Batu cadas berbentuk layar menjulang tinggi. Sebenarnya bisa diseberangi dengan berenang atau berjalan dari pantai, karena hanya sekitar 50 meter dari pantai. Tapi katanya cukup berbahaya dan banyak bulu babi. Jadi kami ga jadi nyeberang deh. Lagian, batu ini lebih indah dipandang dari kejauhan kok….
Sekeliling batu ini terdapat batu-batu karang yang seakan-akan membetenginya. Sehingga perairan antara pantai dan batu ini terbentuk seperti sebuah kolam laguna. Dari atas bukit, memang Nampak seperti kapal layar raksasa. Subhanallah, memang sungguh luar biasa keajaiban alam yang diciptakan Tuhan…
Tanjung Layar
Tak terasa, matahari sudah mulai terik. Waktu menunjukkan jam 8 pagi. Setelah puas foto-foto, main air (bahkan anjing-anjing tadi berenang lho!) dan makan pagi kami menuju ke Laguna Pari. Namun kata bapak penjual warung, jalan pintas di pinggir pantai sedang pasang, jadi kami harus lewat bukit lebih dulu untuk menuju ke pantai Laguna Pari. Sekitar 15 menit trekking, akhirnya terlihat juga Laguna Pari. Di pantainya air laut terlihat tenang, karena terbendung secara alami oleh batuan karang. Di kajauhan, terlihat batu layar yang kami kunjungi tadi. Di balik batu-batu karang yang berjarak 20 meter dari bibir pantai, ombak laut selatan menerjang silih berganti. Pantai ini dikelilingi bukit-bukit dan batuan karang yang menambah eksotisme pemandangan sekitar.
Iseng-iseng gue ama 2 orang temen nyeberang ke bendungan karang tersebut. Keren bo! Batuan karang nya mirip di film Lord of the ring. Runcing menghujam ke atas dan terbentuk alami. Spot foto di sini sungguh sempurna karena ombak besar terpecah silih berganti di balik karang dan akhirnya membasahi badan kami….wkwkwk….Segerrr…..!!
Laguna Pari
Jauh di pantai, teman-teman yang lain nampak sedang asik foto-foto, bermain air, tidur di atas batu. Sampai akhirnya kami menyusul mereka dan mengajak pulang ke pondok karena sudah mulai siang. Trekking kami tidak lagi lewat bukit, Karena kami liat jalur sepanjang pinggir pantai sudah aman dan guide kami (anjing-anjing itu) juga memutuskan lewat sana. Dan ternyata lebih dekat. Terik matahari mulai membakar kulit kami. Sekitar 20 menit trekking akhirnya kami nyampe ke pondok lagi.
Setelah mandi dan bersih-bersih, makan siang istimewa kami datang. Sikaaattttt….!!!
Setelah istirahat sejenak di saung, kami memesan sebelas ojek untuk mengantar kami ke Gua Lalay. Per ojek 20 ribu PP. naik sepeda motor hanya sekitar 5 menit nyampe ke sebuah kampong dekat gua Lalay. Dari kampong tersebut kami harus menyeberangi jembatan gantung (kenapa banyak jembatan gantung sih di desa ini..??). Sekitar 100 meter dari jembatan tersebut barulah tampak bibir gua Lalay. Untuk menjelajah gua ini, kami memakai 2 pemandu dan satu lampu petromak (guide 100rb, sewa lampu 20rb). Di bibir gua ada aliran sungai yang harus kami lalui. Sandal terpaksa kami tinggal di pintu gua karena permukaan tanah yang kami pijak berlumpur dan licin. Gua di dalam bukit yang terbentuk alami ini cukup dijaga kelestariannya oleh penduduk setempat sejak dijadikan cagar wisata. Menurut penduduk setempat, total ada 25 gua di desa ini. Tanah berlumpur dan bau agak pesing dari kotoran kelelawar memang agak mengganggu selama jalan di dalam kegelapan gua. Tapi justru disitulah asiknya. Sebuah pengalaman yang tak tergantikan. Pengalaman yang unik dan mungkin tak terlupakan. Gua Lalay yang kami masuki ternyata cukup dalam juga. Sekitar 500 meter lumpur setinggi lutut kadang menjebak kami. Terpeleset itu hal yang biasa. Demi menikmati pemandangan stalagtit dan stalagmit yang indah di dalam gua.
Caving gua Lalay
Setelah nyampe ke ujung gua, kami beristirahat sebentar dan minkmati suasana kegelapan. Baru kemudian balik ke alam nyata (yaelaaa…kelamaan di Gua Lalay jadi ikutan ‘alay’ nih…wkwkwk…). Perjalanan keluar gua terasa lebih cepat. Di luar hujan gerimis telah menanti kami. Akhirnya kami pun berteduh sebentar di rumah penduduk setempat. Setelah ujan agak reda, kami pun kembali diantar ojek ke pondok untuk bersih-bersih.
Hujan mengguyur dari sore hingga makan malam tiba. Maen kartu dan ngobrol ngalor ngidul jadi masuk susunan acara deh….
Pondok sempat mati lampu entah mengapa. Jadilah kami makan malam romantic dengan penerangan dari lilin-lilin kecil. Untungnya, pas siaran langsung Indonesia vs laos listrik mulai nyala. Rampung makan, kita ke pondok sebelah yang ada warungnya. Dengan alibi mau ngopi, kami akhirnya nonton bareng di penginapan itu. Sebenarnya di pondok kami ada TV nya, tapi waktu coba dinyalain malah rusak. Ya sudah…dengan modal kopi secangkir, nonton bareng di rumah orang tak dikenal ternyata seru juga…Dan yang penting…Indonesia menang 5-1!
DAY 3 – jam 8 pagi. Setelah sarapan pagi, mobil ELF siap membawa kami keluar dari desa Sawarna ke pantai Pulo manuk. Sekitar 30 menit kami nyampe ke pantai itu. Pantainya cukup bagus dengan adanya pantai landai dan pantai karang yang bersebelahan. Kenapa dinamai Pulo manuk (bahasa: pulau burung), ternyata kalo sedang musimnya, di pulau karang tak jauh dari pantai itu banyak terdapat burung-burung yang sedang migrasi dari benua Australia. Tiket masuk ke pantai ini 3500 per orang plus parkir mobil. Waktu kunjungan kami di pantai ini tak begitu lama karena gerimis mulai datang. Kami pun segera bersiap menuju cimaja…
Pantai Pulomanuk
Jarak ke Cimaja lumayan jauh, sekitar 2 jam dari Sawarna. Sempat beberapa kali nyasar karena ga tau lokasi, akhirnya kami menemukan area pantai yang terkenal dengan ombaknya yang pas untuk berselancar. Namun ternyata di Cimaja pantainya cukup terjal dengan karang, maka kami pun bergeser ke Sunset Beach. Menurut penduduk lokal, di pantai ini memang tepat untuk belajar surfing. Pantainya landai dan ombaknya tidak begitu besar. Sewa surfing board 50rb dan guide 2 orang @100rb. Yang mau surfing ada 7 orang, jadi masing-masing ngeluarin duit 80rb. Ternyata dapet bonus nyewa pakaian surfing yang ketat dan sexy (cocok bo untuk body gue yang tambun…..wkwkwk…)
Setelah menengguk kelapa muda yang segar, dua orang ‘beach boy’ mengajari kami sebelum nyemplung ke laut. Pelajarannya berjudul “dasar-dasar surfing” . teorinya sih gampang bung, tapi prakteknya….wakakakaka…..ternyata emang lebih gampang surfing di internet daripada surfing di laut…cape booooo…..
Belum sampe satu jam, satu per satu dari kami tepar di pinggir pantai bak ikan paus terdampar. Ga ada tenaga. Tapi tetep senyum buat foto-foto (dasar narsis…!!). alhasil, papan surfing beralih fungsi jadi aksesoris doank…wkwkwk….
Tapi lumayan lah, kami mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang berharga. Tahun depan kayanya siap untuk ikut kompetisi…(what..??!!kompetisi catur….??!berdiri di papan aja susyeeehhhhh...).
Surfing Cimaja Pro
Setelah puas berselancar, perut keroncongan siap diisi. Ga ada makan siang, makan sore pun jadi. Menu seafood jadi santapannya (nasgor seafood juga termasuk menu seafood kan…??).
Kenyang bersantap sore, kami pun siap melanjutkan perjalanan kami pada jam 4 sore menuju Jakarta. Walo sempat macet di Cibadak dan ciawi, namun jam 9 malam akhirnya nyampe juga ke kota tercinta ini.
Misi pengejaran ombak telah selesai. Senyum puas di wajah kami adalah buktinya. Kebersamaan adalah kuncinya. And we’re glad to see all of you, guys…see you on next vacation..!!
# 3-5 Dec 2010 #
Trip cost = IDR 325.000 (exclude surfing)

You Might Also Like

0 comments