SENJA UTAMA SOLO…ROMANSA KERETA MALAM…

9:17:00 AM



Akhirnya…ada kesempatan juga pulang kampong ke kota metropolitan terbesar se-Asia Tenggara…Solo city (hahay…lebay…). Karena budget masih terbatas, gue pilih kereta kelas bisnis aja deh. Yang penting nyampe Solo dengan selamat. Kereta ke Solo ada 3 kelas: Ekonomi, Bisnis, Eksekutif.
Untuk memesan tiket kereta Senja utama Solo biasanya gue pake system online alias tinggal telpon melalui telp GSM ke 13867 atau 021-21391121. Abis telpon, kita diberi waktu 3 jam untuk melakukan pembayaran via ATM. Biasanya kena biaya admin. Yah,,,daripada susah-susah ke Gambir. Layanan ini cukup memudahkan mudikers (perantau yang doyan mudik). Tapi jangan harap memesan untuk lebaran, karena dalam waktu kurang dari setengah jam dibuka biasanya tiket udah abis. Gue mah mending pesen ke calo langganan gue atau nitip temen laen…hehe…Moga sekilas info ini bermanfaat…
Sepulang kantor, gue berangkat naik bus menuju stasiun. Terhitung ada tiga entertainer yang mencoba mengais rejeki. Yang pertama, ada laki-laki pake kupluk haji yang mendoakan semua penumpang. Gue udah khusyuk ikut manggut-manggut sambil bilang “Amin…” eh…itu orang ternyata jualan stiker yang bernafaskan rohani. Yang bikin kaget lagi, ternyata doa nya tadi Cuma lipsync alias pake kaset doank…
Entertainer kedua masuk. Anak-anak muda yang bawa segambreng alat music dari gitar, organ kecil, ampe drum dan ketipung. Bus yang kecli ini tambah sempit. Malang bagi gue yang duduk di depan, dapet suara drum yang lumayan nyaring-nyaring pecah bunyinya. Hadehhh...kuping serasa ancur dibuatnya.
Entertainer ketiga ga mau kalah. Kali ini bocah kecil yang bermodalkan mecot (melodi bacot) dan meplok (melodi keplok-keplok tangan). Menambah pusing suasana. Apalagi kalo ga dikasih duit bakal nunggu lama ampe dikasih. Ampe kita turun pun mungkin akan diikuti. Beginilah Jakarta…
Perjalanan berakhir ampe Terminal Senen. Jalan kaki menuju Stasiun senen yang berada tepat di depan terminal. Nyampe stasiun, nukerin voucher ATM dengan tiket kereta. Stasiun Senen sudah berubah makin bersih sejak setahun kemaren. Dulu yang kesannya angker dan muram, sekarang jadi bersih dan nyaman. Kereta masih berangkat jam 7. Masih sempet makan nasi padang di luar gedung stasiun.
Sepuluh menit menjelang jam 7, gue masuk ke kereta. Eh..ada gadis cantik yang beruntung bisa mendampingiku. Alhamdulillah…kereta yang panas ini jadi terasa seger…
Suasana kereta penuh seperti biasa. Apalagi jumat malam seperti ini di mana banyak orang-orang yang biasa menemui keluarganya ke solo tiap weekend. Bahkan, ada beberapa perkumpulan di kereta seperti klub 10 tahun mudik naik senja utama, ada yang klub 5 tahunan, ato bahkan ada klub modal dengkul tanpa karcis naik kereta. Klub terakhir ini biasanya baru bayar kalo ketahuan petugas.
“Mau pulang ke Solo, mbak?” tanyaku basa-basi
“iya mas…” wihhh..suaranya lemah gemulai khas putri solo, selaras dengan perawakannya yang item manis dan rambut sebahunya. “hampir tiap minggu pulang kok…kebetulan calon suami ada di Solo”
“Ow…” gue manggut-manggut sambil menyesali peluang hilang di depan mata. “Kapan mau merit, mbak?”
“Bulan depan.” Jawabnya singkat sambil tersipu malu. Duh, manisnya…
“Wahhh…selamat ya…”Sahutku menyalaminya.
“…kalo berubah pikiran, ini kartu nama saya mbak…hehe...”tambah gue bercanda sambil memberi dia kartu nama.
“Ah…mas ini ada-ada aja,” timpalnya sambil tersenyum dan mengambil kartu nama gue.
Yah…ga ada salahnya coba-coba. Untuk gadis semanis ini, gue rela deh pulang pergi Jakarta-Solo tiap minggu. Apalagi orangnya ramah, suka bercerita, dan sedikit humoris. Tipe gue banget dahhh. Sayang…deadline-nya udah bulan depan…
Akhirnya kereta pun jalan setelah mengalami keterlambatan sekitar 15 menit. Orang-orang yang tadinya berdiri mulai menggelar selimut atau Koran di lantai untuk alas tidur. Dari hasil investigasi, si mbak yang ngaku namanya Calista ini udah 5 tahun tinggal di Jakarta dan terbiasa naik senja utama. Selain ngirit, kadang kangen ama suasananya. Wuih…cocok banget alasannya ama gue. Dan karena sudah terbiasa naik Senja Utama, maka terjadilah percakapan berikut;
“Calista suka di atas ato di bawah?”
“Saya suka di atas mas…kalo di bawah suka pegel”
Hmmmm….Jangan piktor alias berpikiran kotor dulu! Ini udah biasa di kereta. Maksudnya kalo di atas itu tidur di kursi, kalo di bawah pake alas koran. Karena dia bilang suka di atas, maka gue pun beli Koran dari abang-abang yang jualan di dalam gerbong dan nyewa bantal. Tidur dibawah cukup nyaman walo agak keras. Resikonya kadang kepanasan ketika kereta ngetem di stasiun tertentu. Resiko lain, kaki kadang keinjek ama penjual-penjual yang hilir mudik di kereta. Kalo kecoa ato tikus yang lewat itu masalah lain lagi. Hewan-hewan lucu itu punya hak untuk hidup juga kan?
Tak terasa beberapa jam telah berlalu dan kereta telah memasuki wilayah Jawa Tengah…
“Preeett…” Di tengah malam, bunyi pelan yang mencurigakan berpadu dengan suara kereta. Bunyi itu kemudian diikuti dengan bau aneh yang makin mencurigakan. Aku terbangun. Semua orang masih tidur, kereta pun masih jalan.
“Bunyi apa ya?” tanyaku dalam hati. Calista terlihat pulas di atas tempat duduk.
“Preeettt…”
Eh, bunyi itu makin kencang. Kali ini kuperhatikan benar-benar suaranya. Asalnya dari tempat duduk Calista. Kulihat Calista sedikit meringis. Dia memegangi perutnya.
“Maaf ya mas, udah ga tahan…masuk angin nih,”
Buset dah, nampol bener baunya. Apalagi ini yang kedua kalinya gue kena. Andaikan ada semprotan pewangi di saku gue, bakal langsung gue semprot deh ke seluruh gerbong kereta ini.
Duh mbak, mbak…cantik-cantik kok kentutnya bau banget kaya pete dicampur air got. Bener-bener merusak imajinasiku. Membuatku mimpi buruk selama di kereta.
“Asal jangan ketiga kalinya aja ya mbak…ntar dapet payung,” batinku memaki-maki dalam hati sambil melanjutkan tidur.
Lima menit kemudian, ketika hampir terlelap, lagi-lagi sayup-sayup terdengar suara merdu… “Preeettttt….”
…Dan gue pun pingsan dengan sukses.
(Tulisan ini sekedar fiktif belaka. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan pelaku)

You Might Also Like

0 comments