SETU BABAKAN, MUSEUM MANDIRI, MUSEUM BANK INDONESIA

2:53:00 AM

Keliling Jakarta Ala Gue (Chapter 1)

Libur Natal telah tiba. Kantor juga libur dari Jumat sampai Minggu. Gue ga mudik. Lagi pengen diem di Jakarta. Setelah Jumat dan Sabtu semedi di kamar kos, akhirnya kaki gue gatel juga. Sabtu malam, gue ajak tetangga kos gue untuk keliling Jakarta. Yang murah-murah aja. Setelah browsing, gue focus ke dua destinasi. Kampung Betawi di Setu Babakan atau Museum Kota. Temen gue bilang terserah.
Maka di minggu pagi jam 10, kami pun bersiap. Sebelum berangkat, sarapan dulu di warung Madiun deket kosan. Di situ masih bingung mo ke mana. Akhirnya gue putusin ke Setu Babakan aja. Dari Halte Karet, kami naik Busway ke terminal Blok M (IDR 3500). dari terminal Blok M, lanjut naik kopaja ijo 616 (IDR 2000). Walo muter-muter dulu ke sana kemari sekitar hampir satu jam, akhirnya nyampe juga di depan gapura Kampung Betawi Setu Babakan. Tak lupa say thanks to kondektur 616.
Dari Gapura tersebut, tertulis ‘Pintu Masuk I Bang Pitung; Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan’. Kawasan ini memang dinobatkan sebagai salah satu kampung betawi yang dijaga adat-istiadat dan budayanya.
Dari gapura tersebut, dua bapak-bapak berkostum betawi menyapa kami dan menunjukkan arah. Selama jalan kaki, kami melihat rumah di sisi kanan kiri yang sudah cukup modern. Sampai gue kadang bingung di mana rumah adatnya? Untungnya, beberapa rumah masih memiliki ciri khas betawi dengan ornament ukiran kayu dan tanaman-tanaman khas kampong betawi.
Sekitar 15 menit jalan, akhirnya ketemu juga ‘Setu’ atau orang biasa bilang ‘Situ’. Situ ini berfungsi sebagai penadah hujan dan pencegah banjir untuk daerah Jakarta selatan. Situ yang cukup luas, dengan dihiasi pohon di sekelilingnya. Udara menjadi sejuk dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus kala itu. Waktu itu, jalanan paving yang mengelilingi setu sedang dalam proses perbaikan. Kami pun nongkrong di pinggir Setu sambil menikmati Bir Pletok, Kue Rangi, dan kelapa muda. Sungguh nikmat udara di sekitar Setu Babakan ini, membuat orang mengantuk dan rileks.
Setu babakan
Kuliner betawi
Bir pletok n friends
Sebenarnya gue masih pengen ngemil berbagai macam makanan khas yang dijual di sini. Secara, gue kan tukang makan. Sayang, langit mendung sudah menggelantung di atas kami dan angin mulai kencang. Kami pun setengah berlari keluar dari kampung ini (bukan karena maling ayam, lho!).
Alhamdulillah, pas ujan, pas dapet taksi di luar gapura (IDR 10000). Kami pun bergegas menuju stasiun Lenteng Agung (LA, sebelah california…bukan kali code…wkwkwkwk…). Di Lenteng Agung masih deres ujannya. Untung Cuma sebentar. Setelah dapet tiket kereta ekonomi AC seharga IDR 5500, baru deh legaaaa….
Perjalanan naik kereta cukup nyaman. Baru kali ini juga naik kereta ekonomi AC. Ternyata lumayan juga. Atau karena masih sepi ya…? Bukannya udik, tapi sempet juga ngebayangin adu tembak di dalam gerbong ini kaya pilem2 hollywood…hehehe… (Huuuu…Ndesooooo….!!)
Waktu masih jam 2 siang, dank arena kereta berhenti di Stasiun kota, akhirnya kami putuskan berkunjung ke Museum kota sekalian. Hehe…mumpung ada waktu…dan sekalian meramaikan Visit Museum year 2010. Museum di hatiku.
Dari stasiun kota, cukup nyeberang dari bawah tanah ke Museum Bank Mandiri. Kebetulan karena gue nasabah bank tersebut, tiket masuk gretong alias gratissss…(aku sukaaaaa…..gratisan!). Museum yang sangat luas, bahkan gue ga tau mau mulai dari mana. Akhirnya asal jalan karena ga pake guide. Yang perlu diingat, museum ini buka dari Selasa ampe Minggu, jam 9 pagi sampai jam 4 sore.
Dari mesin-mesin penghitung uang, mesin ATM, mesin ketik, mesin fax, ampe mesin-mesin yang ga jelas buat apa disuguhkan di museum ini. Serius, gue ampe bingung mo liat mana dulu saking penasaran ama mesin-mesin kuno jaman dulu. Andai aja ada proses penggunaannya secara visual, pasti makin menarik. Apalagi yang juga kerja di bank macam gue…(walo Cuma jadi kroco di kantor…hehehe…)
ATM kuno
Arsitektur bangunan ini sangat kuno, dengan ornamen-ornamen khasnya. Patung-patung yang dibuat juga cukup menarik. Dari segi keangkeran juga cukup menarik. Ga mau deh kalo tinggal sendirian malem-malem di sini. Paling Cuma dapet 2 juta doank…(melirik acara serupa di salah satu stasiun tipi swasta).
Setelah puas, tepat jam 3, kami pun berlanjut ke museum berikutnya. Museum Bank Indonesia. Museum ini dari luar memang Nampak kuno. Tapi begitu masuk di dalam…wow…berbagai media canggih sudah menghiasi seluruh sudut museum. Outstanding! Apalagi tiketnya gratis lagi (Akuuuu… sukaaaaaa…Museum…!! hehehehe). Cuma kita tidak boleh bawa tas ke dalam museum dan flash light di kamera harus dimatikan.
Museum BI
Museum di hatiku
Museum canggih ini sudah ada media visual, seni, dan sound systemnya cukup menawan. Ga kalah deh ama museum-museum luar negeri. Dari pintu masuk, ada visual 3D yang menyambut kita. Masuk ke dalam lagi, di tiap sekat, terbagi dalam periode-periode sejarah perjuangan, ada layar sentuh yang memudahkan kita mempelajari sejarah. Ruangan-ruangannya juga dipenuhi hiasan-hiasan dan patung-patung yang menarik. Belum lagi ruangan-ruangannya yang cukup ataraktif dan terpola. Ada juga semacam koleksi koin dari jaman kerajaan ampe jaman colonial. Kayanya satu jam ga akan cukup untuk menjelajahi museum ini. Pengen juga kapan-kapan ke sini lagi menyaksikan sejarahnya dari ruangan theatre. Kayanya seru juga…
Mengejar waktu. Gara-gara pengen juga ke Museum Fatahillah, kami bergegas keluar dari museum ini. Eh…ternyata museum terakhir sudah tutup dari jam 3. Dan lagi melihat pengujungnya yang membludak seperti pasar malam, kami mengurungkan niat kami untuk masuk ke dalamnya. tapi udah puas dehhh…untuk sekedar mengisi waktu luang. Kapan-kapan mudah-mudahan bisa berkunjung lagi dengan waktu yang lebih longgar…
Museum…di hatiku…!
Betawi…kekayaan budaya bangsaku…!
Trip cost: kurang dari 50rb (buat transport dan makan siang)
#26 Desember 2010#

You Might Also Like

0 comments