KAWAH PUTIH, SITU PATENGGANG, KEBON TEH CIWIDEY, PARIK TEH HITAM, ARGOPURI

4:36:00 AM

Nuansa Bening di Ciwidey

DAY 1 - Jumat malam. Lagi-lagi vacation kali ini dimulai di jumat malam. Sepulang kerja, gue ama sodara gue menuju jalan Blora untuk menanti travel ke Bandung. Yup, kami akan ke Ciwidey kali ini. Trip yang mungkin akan menjadi ajang kumpul-kumpul keluarga kami. Jadi, jangan tanyakan gue untuk biaya perjalanan kali ini. Gue juga kagak tau! Lha wong cuma modal dengkul…hehehe…
Kemacetan langsung menghadang begitu travel Baraya berangkat dari pool Blora (IDR 45.000). Walo desak-desakan di kursi paling belakang, Alhamdulillah masih bisa tidur karena emang rasa lelah sepulang kerja. Waktu tempuh Jakarta ke bandung jadi 3.5 jam! Cape dehhh…
Akhirnya, nyampe di rumah sodara gue di Bandung sekitar jam setengah satu tengah malam. Speak-speak bentar, lalu kami pun tertidur pulas…
DAY 2 – Anggota keluarga lain dari Solo dan Jogja nyampe di Bandung pagi ini, termasuk ortu gue yang emang berencanan liburan seminggu di Bandung dan Jakarta. Gue juga baru nyadar mereka tlah tiba dengan selamat jam 8 pagi, karena pada jam itu gue baru bangun dari mimpi indah…
Akhirnya dengan dua mobil kami berkendara menuju Ciwidey jam 9 pagi. Jalanan masih ramai lancar terkendali. Yang agak macet Cuma di Kopo aja, tapi masih bias diatasi atas bantuan Pak Polentas. Sepanjang jalan menuju ke Kawah Putih emang sempit. Ga heran orang bilang kalo lagi rame pasti macet. Untung hari ini masih lancar. Perjalanan kami tempuh dari Bandung sekitar 2,5 jam.
Petunjuk tiba di lokasi kawah putih cukup jelas dan mudah ditemukan. Sampai ke areal parkir, kami pun langsung menuju ke angkutan umum yang sudah dikelola pihak setempat. Angkutan pick up yang mirip dengan tuk-tuk di Phuket ini dipatok harga IDR 32.000/orang untuk pulang-pergi ke areal kawah. Tanpa menunggu antrian, pick up ini pun langsung melaju cepat ke atas sekitar 15 menit perjalanan. Jalannya emang agak curam walo sudah diaspal halus. Jadi saran gue sebaiknya mobil ditaruh di bawah aja, karena kebanyakan mobil macet di tengah jalan karena ga kuat naik.
Tuk-tuk ala ciwidey
Begitu nyampe ke halte di dekat kawah, kami pun turun dan langsung menuju kawah. Untuk menuju kawah, tangganya sudah dibuat bagus dan bersih, jadi ga perlu kawatir kepleset. Pengelolaan kawah putih ini sudah cukup bagus disbanding tahun-tahun sebelumnya, seiring melonjaknya jumlah wisatawan yang ingin menikmati pemandangan menakjubkan kawah ini. Kawah ini sering dijadikan lokasi foto pre-wed atau tempat syuting. Bahkan, band ternama Indonesia, Ungu pun pernah mengambil lokasi ini untuk pembuatan video klip. Namun pengunjung dilarang untuk bermain air atau pun terkena air dari kawah ini, karena kadar asam belerangnya yang tinggi bisa merusak jaringan kulit.
Telaga hijau kawah putih
Tumbuh-tumbuhan tanpa daun di tepi kawah
Big Stone Kawah putih
Nuansa kawah yang menyejukkan dan air kawah nan hijau yang terbentuk secara alami ini memang terasa membawa kita ke alam lain. Memang benar yang diceritakan orang-orang mengenai pemandangan menakjubkan kawah ini. Selain air belerangnya yang hijau, kayu-kayu dari tanaman tanpa daun yang masih berdiri tegak dan pasir gunung yang putih membuatnya sempurna sebagai objek fotografi. Hanya satu kata dari gue : Fantastik!
Apalagi ketika kabut mulai turun di kawah yang mirip segara kecil ini. Wah…bener-bener membuat foto-foto kita jadi makin serasa di nirwana atau sejenisnya lah… Tapi sayang, baru juga motret-motret, kabut ini ini ternyata membawa ujan rintik-rintik yang memaksa kami untuk meninggalkan tempat ini dan turun ke areal parker dengan mobil angkutan yang ada. Tapi overall, gue udah puas menyaksikan keunikan alam yang satu ini.
Begitu nyampe di areal parkir, waktu menunjukkan jam 1 siang. Kebetulan gue ama nyokap gue emang pengemar bakso, dan kebetulan pula bakso yang ada di areal parkir emang bikin ngiler. Akhirnya santap dulu semangkok bakso dengan ukuran bola tenis dengan secangkir bandrek susu…mantafff…!!
Keluar dari areal parkir, diiringi rintik gerimis yang menambah dinginnya hawa pegunungan Ciwidey, kami pun menuju ke Situ Patenggan. Seperti yang diharapkan, Kebon teh dan kebon stroberi yang ada di sepanjang jalan membuat gue betah melotot ampe mata gue ijo royo-royo…
Setelah naik mobil lagi selama 15 menit, akhirnya nyampe ke lokasi wisata berikutnya. Situ Patenggang. Cuma gini aja nih?? Ternyata Cuma sebuah situ dengan pulau kecil di tengahnya. Karna dah terlanjur beli tiket masuk, kami muter doank mengelilingi situ trus cabut dehh…hehehe….
Situ patenggang
Penginapan yang dituju adalah Argopuri. Masih di areal Ciwidey. Tapi kami harus turun dulu dan belok ke pertigaan nnu jauh di bawah. Turun sekitar satu jam dan naik lagi lewat pertigaan sekitar setengah jam. Jauh juga ternyata. Tapi emang sebanding dengan villa yang akan disewa ini. Lokasi villa yang berjauh-jauhan satu sama lain dan terletak di salah satu lembah, membuat keunikan tersendiri. Satu villa ada 2 lantai, dengan 4 kamar tidur dan 2 kamar mandi plus dapur, ruang keluarga, dan ruang makan. Di belakang, pemandangan lembah yang hijau dengan suara gemericik air sungainya membuat refresh dan melupakan sejenak suasana kota yang ruwet.
Halaman Belakang Villa Argopuri
Refreshing dulu ahhh...
Setelah menikmati sore yang sejuk, acara dilanjut dengan solo organ yang dimainkan oleh Pak Iwan. Yup, malam ini acaranya adalah dinner and sing all night long…!! Sengaja kami memilih lokasi perbukita yang memang jaraknya agak jauh dari perkampungan penduduk, agar tidak mengganggu tetangga lain..hehehe…
DAY 3 – Brrrr….dinginnya pagi ini terasa membekukan kaki tangan gue. Tapi harus bangun untuk sholat subuh. Semangat!! Sayang juga kalo ampe melewatkan pagi di Ciwidey. Jalan-jalan di sekitar villa menjadi kegiatan utama pagi ini. Memandangi pegunungan, lembah, hijaunya terasiring sawah yang indah…
Setelah lelah berjalan, para ibu-ibu ternyata sudah menyiapkan nasigoreng special…yummy! Campur tongseng dikit ama suwiran ayam…tambah dahsyat..!!
Pukul 10.00, saatnya meninggalkan villa argopuri. Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi pabrik the hitam. Dikelilingi kebun the yang luar biasa luasnya, pabrik ini memproduksi the hitam dan kina. Begitu masuk areal pabrik, kami langsung disambut oleh sekuriti yang menjelaskan seluruh isi pabrik ini. Untuk hari minggu, pemetikan teh dan olah laboratorium memang sengaja diliburkan untuk waktu kunjungan wisatawan. Di dalam pabrik, kami dijelaskan mengenai cara pengolahan teh dari bahan baku daun sampe jadi serbuk the yang langsung dapat dinikmati. Prosesnya lumayan panjang juga. Dibutuhkan waktu sekitar 25 jam untuk memproduksi teh hitam dari bahan baku sampai jadi bahan siap dikonsumsi. Ada 3 ruangan besar yang kami jelajahi yang dipenuhi oleh mesin-mesin produksi. Di kantornya, kami ditunjukkan juga macam-macam the dari kualitas satu ampe kualitas BOP yang rendah. Ironisnya, ternyata selama ini gue belom pernah menikmati teh kualitas satu di negeri ini. Karena untuk kualitas satu ini khusus untuk ekspor. Sekedar info, teh celup pada umumnya menggunakan kualitas yang paling rendah dicampur dengan kelas di atasnya. Yang agak mending kalo teh tubruk ato yang berbentuk kotak. Mantapnya teh tubruk ama teh celup emang lain sih..
Pabrik teh hitam Gambung
Yang paling parah, ternyata hasil limbah (teh buangan sisa produksi) juga banyak dibeli oleh pengusaha-pengusaha warteg! Tapi jangan khawatir, karena limbah ini sebenarnya juga masih layak dikonsumsi kok, Cuma rasa dan mutunya ngga terjamin…
Untuk teh hitam aman dikonsumsi siapa saja, termasuk yang memiliki darah tinggi atau darah rendah. Sedangkan the hijau, disarankan tidak dikonsumsi oleh penderita darah rendah. Adalagi the putih, yang terbuat dari daun the sebelum jadi kuncup, memiliki khasiat paling tinggi. Tidak heran harganya juga agak mahal. Sebagai oleh-oleh dari ‘study tour’ kali ini, kami diperkenankan untuk membeli teh kualitas satu dengan harga miring, IDR 10.000 per kantong besar (ukuran kantong sekitar 30x20cm)! Wow…! Ditambah lagi, mencicipi secangkir teh hitam yang paling berkualitas ini…hmmm…mantap!
“Tapi…jangan lupa tugas karya tulisnya dikumpulkan minggu depan yaaa…” canda salah satu karyawan pabrik itu. Hahahaha…emang kami anak sekolahan yang lagi karya wisata…
Akhirnya, siang ini kami harus meninggalkan ciwidey dan gue kudu balik ke Jakarta. Kali ini, gue memilih Daytrans sebagai wahana transportasi gue walo agak mahal (IDR 70.000), tapi travel ini menurut gue emang paling nyaman. ELF 15 seat yang dibuat seperti limousine bus yang Cuma berisikan 8 penumpang. Kaki pun bisa leluasa bergerak. Sembari menunggu travel yang ternyata masih 2 jam lagi, gue menyempatkan diri jalan-jalan sendiri keliling cihampelas sebentar. Beli cireng, es durian, batagor, keluar masuk factory outlet (eh, ketemu juga FO yang punya kebun binatang! Kunjungi ‘Cihampelas point’. HTM IDR 10.000).
Trip Ciwidey pun berakhir dengan happy ending…
# I love my family #
“Kita tidak tahu kapan saat terakhir kita bersama orang tua, maka bahagiakan mereka selagi masih sempat…”





You Might Also Like

0 comments