DIENG PLATEAU & SERAYU RAFTING

9:03:00 AM




Di balik kabut putih itu ada seribu kekaguman

Di tepinya sungai Serayu
Waktu Fajar menyingsing
Pelangi merona warnanya
Nyiur melambai-lambai...

Lirik lagu keroncong di tepi sungai Serayu seakan manarik minat kami untuk mengunjunginya. Entah apa yang akan terjadi di trip Bulan Januari ini bersama BAT Travelers. Gue yang tadinya berencana tidak akan nge-trip bulan ini mengingat curah hujan yang cukup tinggi, malah hampir setiap weekend berpergian. Apalagi kali ini tanpa persiapan matang. Hujan ga hujan tetep berangkat. Gue dadakan nge-trip karena ada yang membatalkan keberangkatannya. Dikasih diskon 50% (dari trip cost normal 550 ribu jadi 275 ribu...lumayannn....) dan waktu sejam buat packing, usai pulang kantor, gue pun bergegas berkumpul di markas besar BAT Traveler di Jalan Sudirman pukul 7 malam...
DAY1 – Jumat Malam,  tanggal 13 Januari (tanggal yang cukup horror) kami berduabelas berangkat dengan menggunakan mobil ELF 15 seat. Dari beberapa blog yang sempet gue baca, perjalanan ke sungai Serayu (Banjarnegara) akan makan waktu 8 jam. Dan ini dia pembuktiannya:  lama perjalanan adalah 12 jam. Kemacetan yang terjadi di tol dalam kota menuju cikampek dan buruknya jalur pantura menjadi hambatan utama. Entah kenapa, jalur pantura ini cuma diperbaiki setiap mau lebaran. Setelah lebaran, sudah tidak bias diharapkan.
DAY2 – Setelah “digoyang” jalur pantura selama 12 jam, akhirnya nyampe juga kami ke Serayu Adventure Indonesia, Banjarnegara. Operator ini adalah operator pertama dan terbesar yang ada di sungai ini (dan tentunya lebih murah). Beberapa pondokan menjadi tempat istirahat kami untuk menyelonjorkan kaki dan menikmati aliran sungai Serayu. Dilihat dari konturnya, Sungai Serayu berbeda dengan Citarik maupun jeram-jeram di Jawa Barat. Rafting sungai ini mengandalkan debit air yang cukup tinggi, sungai yang lebar dan arus-arus yang sudah cukup besar dan liar walau tanpa keberadaan batu-batu besar. Kami memilih paket 18 km, jalur terpanjang untuk rafting selama 4 jam. Di tengah perjalanan nanti, akan ad akelapa muda dan mendoan sebagai penambah stamina. Perlengkapan pun disiapkan untuk kami seperti perahu karet, dayung, life vest, dan helm. Dipisah menjadi 3 perahu dengan ditemani 1 guide untuk tiap perahu, kami pun siap berangkat. Tim SAR siap mengawal. Angkutan pick-up membawa kami menuju starting point, sekitar 20 menit dari homebase.  Waktu menunjukkan jam 9 pagi, debit air sekitar 50 cm, langit biru, cuaca cerah. Bismillah, kami pun siap mengarungi keganasan jeram Sungai Serayu…


Serayu rafting, Banjarnegara

Suatu catatan dan cerita unik menjadi pengalaman kami. Bagi gue sendiri, baru kali ini gue kecebur di saat kena jeram dan terlontar saat arus lagi deras. Sumpah, walaupun seru dan gue bisa berenang, ternyata sempat panik juga! Temen-temen yang jadi “korban” Serayu ini pun sependapat dengan gue…

Lelah bermain dengan jeram Serayu, kami pun segera mandi untuk membersihkan diri dan segera menyantap sajian makan siang yang sudah tersedia. Untuk paket 18 km ini, mereka kasih harga 205 ribu/pax include snack dan makan siang. Untuk foto-fotonya nya 250 ribu per kelompok. Kalo unutk video katanya 600 ribu. Dapat CD dan sertifikat. Overall, arung jeram kali ini punya karakter berbeda dan unik. You must try it!

Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan ke dataran tinggi Dieng. Atau lebih kerennya dikenal sebagai Dieng Plateau. Dataran tinggi yang berada di Wonosobo, sekitar 2 jam dari Sungai Serayu ini memiliki kontur yang indah dan hawa yang cukup dingin. Sepanjang perjalanan kami dimanjakan oleh keindahan alam dan sejuknya udara pegunungan. Kabut putih menambah eksotisnya pegunungan ini. Lokasi wisata satu dengan yang lain ternyata tak begitu jauh. Masih di bawah 10 km.
Tujuan pertama adalah ke Telaga Warna. Tiket masuk 5 ribu. Di dalam lokasi ini ada Telaga Warna, Telaga pengilon, beberapa Goa keramat (yang katanya sebagai tempat semedi para pejabat termasuk Bung Karno dan Pak Harto), dan Dieng theater yang akan menceritakan kepada kita kehidupan di Dieng dan sejarahnya.


Telaga warna dan beberapa Gua keramat


Hujan gerimis tak menyurutkan niat kami untuk menjelajah Dieng. Kami pun menuju ke lokasi berikutnya, yaitu ke Kawah Sikidang. Kawah yang masih aktif ini masih mengeluarkan asap tebal dan bau belerang yang menyengat. Hawa yang dingin dan langit mendung membuat suasana mistis tempat ini makin terasa. Untung hujan sudah mulai berhenti sehingga kami bisa mengeksplor tempat ini lebih leluasa.

Kawah Sikidang

Ketika waktu sudah menujukkan jam 5 sore, kami pun bergegas mancari penginapan yang sudah dibooking sebelumnya. Homestay Bougenville yang berada dekat dengan kompleks candi Arjuna menjadi pilihan kami. Ada lima kamar di homestay ini dengan satu ruang tengah yang cukup luas untuk kumpul-kumpul. Mau mandi males karena dingin airnya begitu menusuk kulit kami. Akhirnya kami pun main kartu, bikin teh anget, memesan indomie dari si ibu pemilik penginapan yang baik hati. Masih lapar, kami pun memesan kentang goreng dan menjajal cabe dieng yang mirip paprica itu…ada yang warna merah dan warna hijau …hmmm… pedasnya mak nyosss…!! Tapi gue sendiri lebih suka cabe rawitnya yang 10 kali pedasnya daripada cabe rawit di Jakarta… mantap nian! Cabe ini bisa bikin gue keringetan di hawa malam Dieng yang dingin ini..

Waktu sudah menujukkan jam 9 malam. Saatnya kuliner lagi. Emang kalo udara dingin begini palaing enak kal omakan yang anget-anget. Salah satu warung rekoomendasi Ibu pemilik penginapan yang hanya 50 meter dari penginapan menjadi tujuan kami.
Mie Ongklok, sate sapi, dan Purwaceng !

Mie Ongklok, Sate sapi, dan Purwaceng!

Rasa mie ongklok yang kental dan manis memang menjadi ciri khas makanan Dieng, plus cabe rawit yang luar biasa pedasnya menjadi favorit gue. Sate sapinya juga empuk dan enak walo bumbunya minimalis. Purwaceng susu nya…Favorit para lelaki tentunya! Tapi rupanya emansipasi wanita sudah mendarah daging pada teman-teman cewe kami, sehingga mereka pun ingin merasakan ramuan tradisional penambah vitalitas ini. Tapi kalo berani senggol…gamparrr!! Wkwkwkkw …

DAY 3 – jam 4 subuh, satu persatu terbangun dari tidur. Bukan karena tidak nyenyak tidurnya, tapi karena memang sudah niat untuk mengejar sunrise di bukit Cikunir. Dengan ELF kami menuju ke pelataran kosong di kaki bukit Cikunir. Jalan setapak yang gelap dan mendaki siap kami tempuh dengan jalan kaki selama 45 menit ke depan demi golden sunrise. Bintang dan bulan menjadi cahaya alami yang nampak di langit yang kelam. Udara semakin terasa tipis ketika jalan mulai menanjak. Kata guide kami, kalo ngga dapat golden, minimal kita bisa dapet silver sunrise.
Dengan segala upaya, akhirnya puncak bukit pun tercapai. Dan keajaiban terjadi. Kami mendapatkan moment golden sunrise. Dari puncak bukit ini, nampak puncak-puncak gunung lain,. Mengingatkanku akan keindahan alam Pananjakan di gunung Bromo. Awan putih seperti kapas bergulung-gulung di bawah kami. Langit yang tadinya gelap pekat perlahan menjadi biru dan orange. Kabut putih awan cumulus nimbus perlahanlahan turun dan menghilang. Sosok gunung-gunung yang gagah perlahan menampakkan diri dengan jelasnya. Siluet fajar menerpa wajah kami dan akhirnya ...golden sunrise itu muncul dengan gagahnya! Subhanallah..!!


Mengejar sunrise di bukit cikunir


Di tengah kekaguman itu...tiba-tiba.. rasa kebelet itu muncul juga…matilah gue!
Dengan ditemani salah satu guide, gue pun berlari menuruni bukit secepat Ninja Hattori…dan akhirnya dalam 10 menit bisa mencapai pelataran parkir dan mendarat di toilet umum dengan selamat…pufffttt...

Setelah lega, barulah gue sadar, di dekat parkiran ini ada telaga yang cukup luas yang dikenal dengan telaga Cebong. Telaga ini berada di pemukiman tertua Diang dan sering dijadikan lomba memancing bagi warga Dieng. Sambil menunggu teman-teman turun, gue habiskan waktu dengan melamun memandang tenangnya telaga hijau ditemani suara alam dan birunya langit…

Telaga Cebong

Di penginapan, nasi goreng telah mananti untuk disantap. Dan setelah mandai dan packing, kami pun berpamitan kepada ibu pemilik penginapan untuk meneruskan perjalanan kami. Kompleks candi Arjuna yang hanya 100 meter dari penginapan menjadi tujuan pertama kami. Kompleks candi dengan 5 candi yang menjadi daya tarik utamanya ini merupakan tempat pemujaan warga Hindu jaman dahulu. Kompleks candi yang dibentuk menyerupai taman ini sugguh bersih dan nyaman untuk dikunjungi.

Kompleks Candi Arjuna
Di luar kompleks, terdapat kios-kios yang menjajakan jajanan khas Dieng seperti Carica (pepaya dieng), kacang dieng, keripik jamur merang, purwaceng, dan lain-lain. Katanya sih kalo beli oleh-oleh di sini lebih murah daripada tempat lainnya..
Sekitar 3 km dari lokasi candi Arjuna, terdapat Kawah Sileri. Kawah ini adalah kawah terbesar di Dieng. Untuk mencapai lokasi, harus jalan turun sekitar 200 meter ke bawah. Tapi karena diburu waktu, terpaksa kami hanya singgah sebentar di kawah ini. Tak jauh dari kawah ini, ada pusat geothermal yang dimanfaatkan untuk energi listrik. Uap berbentuk kabut putih menggulung tinggi di atasnya.

Kawah Sileri

Tujuan terakhir kami adalah Sumur Jolotundo. Sumur ini bukan sembarang sumur, melainkan tebing besar yang berbentuk melingkar dan sedalam sekitar 200 meter. Di dasarnya, ada air yang tak pernah surut seperti layaknya sumur. Dulunya tebing ini merupakan kawah yang sudah mati. Legendanya, jika kita bisa melempar batu di tengah sumur ini, diyakini keinginan akan terkabul. Lima batu dua ribu. Gue dan beberapa teman pun mencoba. Anehnya, tak satu pun menemui sasaran. Lemparan kami seakan tak berbentuk parabola, tapi seperti langsung tertarik gravitasi ke bawah begitu sampai ke tengah. Penasaran...? Silakan mencoba!
Sumur Jolotundo

Inilah objek wisata terakhir yang melengkapi petualangan kami di Pegunungan Dieng. Kekagumanku akan keindahan di balik kabut Dieng seakan membekas di hati. Kebersamaan yang kami jalin menambah riangnya suasana dan serunya petualangan kami. Biarpun 12 jam ke depan kami akan menuju Jakarta, kami yakin... kami akan terus mengenalkan dan menceritakan keindahan Dieng kepada para petualang berikutnya...

# 13-15 Januari 2012 #
Trip cost normal = 575 ribu


You Might Also Like

0 comments