BACKPACK TO UNITED KINGDOM (EPISODE 4) - FIRST DAY IN LAKE DISTRICT

1:12:00 AM


DAY 3 – Windermere, Lake District
Kemolekan Kota Kecil Di Pinggir Danau
(Bersenang-senang dahulu, bersusah-susah kemudian!)

Pagi-pagi buta, jam 6 pagi, di kala kabut masih menutup kota London, kami sudah keluar dari hostel secara diam-diam. Bukannya ga sopan, tapi berhubung kamar dormitory kami dihuni 20 orang yang tak dikenal, kami tak ingin mengganggu tidur mereka.
Uap yang keluar tiap kali mulut berbicara makin tebal. Dingin pun makin membuat tangan beku. Sirine mobil polisi yang super keras menggema tatkala mereka melintas di jalanan. Black cab atau taksi hitam sudah bersliweran mencari penumpang. Di halte bus depan hostel kami menunggu bus untuk menuju Euston railway station, untuk menukar tiket kereta yang telah kami booking dari Indonesia. Sekaligus bersiap diri untuk berangkat ke kota tujuan kami berikutnya, yaitu Windermere.
Bus tingkat warna merah yang dinanti pun tiba. Nampak turis-turis lain yang juga sudah siap dengan koper besarnya menuju kota lain entah ke mana naik bus yang sama. Uang receh sudah kami sediakan. Tinggal bayar ke supir, tinggal duduk manis sambil memperhatikan sign board digital di dalam bus, yang menunjukkan kita sudah sampai mana. Pemerintah Inggris memang sangat memperhatikan semua rakyatnya, termasuk hal transportasi umum seperti ini. Bahkan di bus ini bisa terakses untuk orang cacat yang memakai kursi roda, bahkan disediakan tempat khusus. Salut!
Euston railway station berada di tengah kota London. Stasiun yang besar dan bagus. Beberapa merpati masuk ke dalam stasiun. Beberapa tempat umum di Inggris seperti stasiun, airport, ataupun taman memang sudah seperti menyatu dengan alam, seperti halnya merpati ini bisa terbang bebas memasuki area ini tanpa takut diganggu manusia. Dua kali salut!
Sebelum masuk ke stasiun, kmai sempatkan masuk ke sebuah minimarket. namanya Sainsbury food. beraneka roti maupun minuman dengan harga miring tersedia di sini. saatnya mempersiapkan ransum untuk 2 hari ke depan. Uniknya, pembayaran di minimarket ini ternyata otomatis. Artinya, pembeli bertindak juga sebagai kasirnya. Petugas minimarket hanya membantu jika kita kesulitan dalam pembayarannya. Tinggal sensor barang yang kita beli atau pilih harga tertentu untuk roti-roti yang diambil. keluar total belanjaan, lalu bayar seharga belanjaan kita itu. Mereka memberi kepercayaan penuh kepada customer dan menganggap semua customernya jujur 100%. Tiga kali salut!
Semua booking tiket virgin train kami pool di sini. Makanya kami langsung menuju ke mesin tiket virgin train untuk mengambil tiket yang telah dibooking. Masukkan kartu kredit yang dipakai untuk membooking, masukkan nomor referensi, keluarlah tiket-tiket tersebut. Simple kan?
Masalahnya, kenapa yang keluar tiketnya banyak banget ya? Ada advance/seat, mandatory dan not use for travel. Tiket mana yang dipakai? Pede aja, tanyakan ke petugas setempat. Hehehe..
Di stasiun kami menunggu kereta kami masuk ke platform. Sepuluh menit sebelum berangkat, platform digital board yang terpampang di dinding menunjukkan jika kereta sudah masuk platform. Kami sadar kereta akan tepat waktu. Bergegaslah kami menuju platform yang ditunjuk. Benar juga, sepuluh  menit kemudian Virgin train ini sudah berangkat.
Perjalanan pertama ini menempuh jarak sekitar 3 jam. Kami beruntung, hari ini bisa mendapat First class di kereta. Gaya kan? Soalnya waktu booking advance, standar ama first class Cuma beda 1 pound! Itulah salah satu enaknya booking advance.
Untuk tempat duduk sih biasa saja, berhadap-hadapan dengan pemisah meja di tengah. Yang membedakan tentu saja complimentary-nya. Stop kontak, wifi, snack dan minuman dibagi 3 kali dalam 3 jam perjalanan ini. Boleh milih pula. Mau kopi, teh, atau minuman kaleng lainnya. Jika lebih lama lagi perjalannya, bisa dapat makan siang!
First class Virgin Train
sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan indah khas pegunungan Inggris. Tanah lapang hijau untuk penggembalaan ternak, langit biru dan kealamian yang lestari. tahukah anda bahwa hampir 50 persen tanah Inggris merupakan lahan hijau? Luar biasa!
Seperti yang diduga, kereta tiba tepat waktu. Suhu pegunungan mulai berasa di sini begitu menapakkan kaki di Windermere rail station. Windermere kota kecil di dekat perbatasan Inggris-Scotland. Rail stationnnya pun cukup kecil. Di sinilah muncul pertanyaan: Mau ke mana kita?
Segera kami kumpulkan brosur-brosur wisata dan mencari info di tourist information yang terletak tak jauh dari station. Di situ baru kami tahu jika YHA Windermere, hostel tempat kai menginap, ternyata jauh dari perkotaan.
Taksi menjadi pilihan kami ke sana karena kata petugas di sana biayanya hampir sama dengan naik bus. Sampailah kami ke YHA Windermere dalam waktu sepuluh menit. Seperti biasa, kami harus melunasi kamar yang kami booking. Karena di hostelworld.com kami baru membayar 10 persen. Ini hostel termahal tempat kami menginap selama di UK. Sekitar 400 ribu rupiah. Tapi karena tak memiliki member card YHA, kami dikenai biaya tambahan 3 pound. Kamar yang kami tempati kali ini satu kamar buat 2 orang. Akhirnya dapat juga sedikit privasi dan keamanan naruh barang di kamar.
Hostel yang tergabung dalam Youth Hostel Association (YHA) ini biasanya memiliki sejarah bangunan yang unik. Seperti halnya YHA windermere ini yang dulunya merupakan sebuah kastil megah di kawasan Windermere. Namun sayang di awal abad ke 19 kastil ini terbakar dan akhirnya direnovasi menjadi sebuah hostel. Tak heran masih ada bangunan pagar yang berciri khas sebuah kastil dan pemandangan yang sangat menarik karena letaknya yang ada di atas bukit.
Karena jauh dari bus stop, kami pun memutuskan untuk naik taksi lagi untuk pergi ke kota wisatanya, yaitu Ambleside.
Ambleside terletak di sisi utara Windermere, sekitar 12 mil dari hostel kami. Kota kecil ini sangat ramai dengan turis. Bangunan khas Inggris sangat kental di sini, tembok depan rumah tanpa cat dan berupa batu pipih yang disusun rapi membentuk seni arsitektur yang menawan. Sebuah gereja tua yang besar berada di tengah kota. 

Ambleside

Gereja tua di Ambleside


Jalan-jalan di ambleside
Pemandangan danau terbesar di Inggris ini memang luar biasa Indah. Warna air yang jernih menyatu dengan dasar danau yang berwarna bir. Sehingga menjadikan danau ini bagai cermin raksasa ketika memantulkan sinar sang mentari. Taman yang luas dan hijau sepanjang danau ini memanjakan pengunjungnya untuk jalan-jalan, sekedar duduk memandang danau atau bermain freesbee dengan anjing kesayangan. Nampak sekumpulan bebek dan burung camar bermain bebas di pinggir danau tanpa terganggu manusia. Puluhan kapal maupun yacht bersandar di pelabuhan. Biasanya orang yang bermain ke sini memanjakan diri dengan berlayar menjelajah danau ini sampai ke Bowness, kota di sebelah selatan Windermere. Sayang kami tidak punya cukup waktu dan budget untuk mencobanya. Namun melihat keindahan alam dari pinggir danau sudah cukup bagi kami. Sinar mentari yang bersahabat dengan dinginnya suhu menjelang musim semi ini memang sangat pas untuk jalan-jalan keluar. Beberapa bunga musim semi seperti berbagai macam bunga Daisy yang berwarna-warni mulai menampakkan kecantikannya.



Danau terbesar di Inggris dari Ambleside 

Musim semi telah tiba!
Saking terpesonanya kami akan keindahan danau ini, kami tidak sadar jika matahari lambat laun tenggelam di balik bukit yang mengelilingi kota Ambleside.. Bus sudah tidak berhenti di dalam kota, satu-satunya harapan kami adalah bus stpo di pinggir kota. Namun ketika jalan ke sana, ternyata bus stop tidak kami temui. Ternyata kami ketinggalan bus terakhir. Di sinilah petualangan dimulai. Berarti kami harus berjalan kaki sejauh kira-kira 10 mil. Mantap!

Belum sadar kalo bakal tersesat di route A591

Pemandangan menarik lintas kota sepanjang 10 mil
Jalan kaki kami tempuh diiringi sinar mentari yang perlahan menunjukkan sinar emasnya. Peta yang gue bawa pun ternyata ga jelas arahnya. Akhirnya kami benar-benar jadi lostener. Maju terus pantang mundur. Tanpa tahu arah. Naik turun bukit tanpa ada yang ditanyai. Perbukitan hanya diisi tanah lapang dan domba “shaun the sheep” . Hari pun mulai gelap. Untung si Kris bawa lampus senter yang bisa menerangi jalanan. Namun arah tetap tak jelas. Nafas sudah mulai tipis karena dinginnya malam di perbukitan Windermere. Akhirnya perlahan papan petunjuk arah mulai keliatan. Mulai nampak cahaya dari rumah-rumah penduduk. Yang pasti, kami sudah mulai tahu arah. Sudah ada titik terang. Kami pun mempercepat langkah kami karena tangan sudah mulai beku karena dinginnya malam.
Akhirnya… papan nama YHA Windermere sudah terlihat. Alhamdulillah…akhirnya kami nyampe juga ke hostel ini…
Total 4 jam jalan kaki naik bukit, dengan jarak 10 mil alias sekitar 16 km!
Benar-benar pengalaman sebagai losteners yang tak bisa dilupakan…

You Might Also Like

0 comments